Jakarta, Keluarga miskin di Jakarta yang anggota keluarganya ada yang merokok maka seluruh keluarga tersebut dipastikan akan dicabut kartu jaminan kesehatannya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta sedang menggodok rencana tersebut yang nantinya akan melibatkan beberapa instansi terkait.
Keluarga miskin yang salah satu anggota keluarganya merokok terancam tidak mendapatkan Jaminan Pemeliharaan Keluarga Miskin (JPK Gakin).
"Kita akan gunakan survei, tapi teknisnya nanti seperti apa masih kita bahas. Kita terus melakukan pendalaman untuk hal ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emmawati.
Dinkes serius untuk mengkaji rencana pencabutan jaminan kesehatan itu. "Rencana itu terus kita bahas di Dinas saya, juga melibatkan lintas dinas dan pihak terkait. Kita serius dalam hal ini," tegasnya.
"Karena kalau misalnya bapaknya merokok, istri dan anaknya juga pasti menjadi perokok pasif. Itu lebih berbahaya, mubazirkan kita beri tunjangan kesehatan," tandas Dien.
Dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI, keluarga miskin lebih besar menghabiskan uang untuk membeli rokok daripada membeli makanan sehari-hari.
"Data yang kita dapat, uang makan mereka cuma 19 persen, tapi uang rokok bisa lebih dari 20 persen," ujar Dien.
Sebelumnya, Komnas Pengendalian Tembakau mencatat konsumsi rokok keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian balita per tahun di Indonesia. Belanja rokok pada keluarga miskin di tahun 2006 setara dengan 15 kali biaya pendidikan dan 9 kali biaya kesehatan.
Yang lebih memprihatinkan keluarga miskin cenderung lebih suka mengeluarkan uangnya untuk membeli rokok dibanding belanja kebutuhan protein atau untuk pendidikan.
Kebiasaan merokok pada orang tua, bisa berdampak buruk pada gizi balita sehingga meningkatkan risiko gizi kurang dan gizi subur (overweight) yang nantinya berkontribusi pada peningkatan kematian bayi dan balita. Hal ini disebabkan dari zat-zat kimia yang terkandung didalam rokok.
Pada ibu hamil memiliki risiko dua kali lebih besar untuk melahirkan dengan berat badan bayi yang rendah dan kemungkinan menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik, intelektual, aborsi spontan, insiden plasenta bahkan bisa menyebabkan kematian pada bayi.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta sedang menggodok rencana tersebut yang nantinya akan melibatkan beberapa instansi terkait.
Keluarga miskin yang salah satu anggota keluarganya merokok terancam tidak mendapatkan Jaminan Pemeliharaan Keluarga Miskin (JPK Gakin).
"Kita akan gunakan survei, tapi teknisnya nanti seperti apa masih kita bahas. Kita terus melakukan pendalaman untuk hal ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emmawati.
Dinkes serius untuk mengkaji rencana pencabutan jaminan kesehatan itu. "Rencana itu terus kita bahas di Dinas saya, juga melibatkan lintas dinas dan pihak terkait. Kita serius dalam hal ini," tegasnya.
"Karena kalau misalnya bapaknya merokok, istri dan anaknya juga pasti menjadi perokok pasif. Itu lebih berbahaya, mubazirkan kita beri tunjangan kesehatan," tandas Dien.
Dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI, keluarga miskin lebih besar menghabiskan uang untuk membeli rokok daripada membeli makanan sehari-hari.
"Data yang kita dapat, uang makan mereka cuma 19 persen, tapi uang rokok bisa lebih dari 20 persen," ujar Dien.
Sebelumnya, Komnas Pengendalian Tembakau mencatat konsumsi rokok keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian balita per tahun di Indonesia. Belanja rokok pada keluarga miskin di tahun 2006 setara dengan 15 kali biaya pendidikan dan 9 kali biaya kesehatan.
Yang lebih memprihatinkan keluarga miskin cenderung lebih suka mengeluarkan uangnya untuk membeli rokok dibanding belanja kebutuhan protein atau untuk pendidikan.
Kebiasaan merokok pada orang tua, bisa berdampak buruk pada gizi balita sehingga meningkatkan risiko gizi kurang dan gizi subur (overweight) yang nantinya berkontribusi pada peningkatan kematian bayi dan balita. Hal ini disebabkan dari zat-zat kimia yang terkandung didalam rokok.
Pada ibu hamil memiliki risiko dua kali lebih besar untuk melahirkan dengan berat badan bayi yang rendah dan kemungkinan menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik, intelektual, aborsi spontan, insiden plasenta bahkan bisa menyebabkan kematian pada bayi.
Like Folder